Selasa, 16 Agustus 2016

TARI GEGEROK TANDAK LOLOAN BAYAN




TARI GEGERO TANDAK LOLOAN BAYAN

Gegerok Tandak pada dasarnya berasal dari kata Barung dan Tandak. Barung artinya bareng atau bersama, sedangkan Tandak artinya metandang atau menari. Jadi Gegerok Tandak merupakan tarian yang dilakukan secara bersama.

Tarian Gegerok Tandak ini diartikan sebagai hiburan dengan perumpamaan binatang, karena sifat manusia yang selalu mengusik atau menggaggu merupakan sifat dari binatang, bukan sifat asli manusia. Perumpamaan binatang ini diambil dari jenis : 

a.    Babi identik dengan kata-kata MM
b.    Burung Gagak dengan kata-kata Nyuk-nyuk
c.    Kera dengan kata UU………………..

Gegerok Tandak merupakan jenis tarian yang pertama kali ada dalam wilayah Bayan, tanpa
menggunakan alat musik. Gegerok Tandak ini diperkirakan terbentuk sejak adanya islam di Bayan, hal ini disimpulkan dari fungsi Tarian Gegerok itu sendiri yang hanya digunakan untuk Ritual hitanan (sunatan).




Orang pertama kali yang memainkan adalah orang dari garis keturunan Loloan Kecamatan Bayan,Kabupaten Lombok Utara , dan orang tersebut tidak diketahui nama lengkap dan tahun berapa kejadiannya. Berdasarkan keterangan yang memiliki garis keturunan tersebut adalah Amaq Nursawi, yang diketahui kakek dari Nitralip , dan diperkirakan hidup sekitar 1,5 abad yang lalu.

Alasan dibuatnya tarian Gegerok Tandak adalah untuk mensukseskan prosesi kitanan. Dimana setiap orang yang melaksanakan qhitanan selalu mengundang keluarga besar dan para tetangga dan sahabat. Banyaknya orang yang hadir terkadang membuat prosesi qhitanan sedikit terganggu, hal ini disebabkan keinginan para keluarga melihat langsung acara tersebut, sehingga berdesakan. Faktor  inilah yang menjadi alasan Tarian Gegerok ini dibuat ungtuk mengelilingi setiap prosesi inti supaya tidak terganggu oleh masyarakat banyak atau keluarga yang hadir.



Tarian Gegerok hanya digunakan pada saat ritual hitanan secara adat, dimana acara hitanan dengan malakukan prosesi majang. Majang merupakan menghiasi berugak dengan menggunakan kain oleh para pranata adat.Waktu dimainkan selain majang yaitu saat hitanan dan melusut. Melusut yaitu membuka kembali kain yang digunakan untuk menghiasi berugak. Jadi selama prosesi hitanan dimainkan selama 3 kali.

Pantun merupakan salah satu bentuk atau cara yang dianggap memiliki nilai seni dalam bahasa untuk menyampaikan niat kita kepada seseorang, baik niat yang sifatnya memberi nasehat, sindiran dan lain-lain.

Dalam istilah lokal, pantun disebut dengan “Onceq”. Jenis pantun yang digunakan bebas, bisa berupa nasehat atau lain sebagainya tergantung dari tujuan para peserta Gegerok Tandak itu sendiri.

Yang terlibat dalam tarian Gegerok Tandak ini adalah orang laki-laki yang ikut dalam acara qhitanan, yang menjadi paling inti adalah orang sebagai memimpinnya yang paling depan harus dari garis keturunan Gegerok Tandak (garis keturunan Loloan), sementara lainnya bebas.

Jumlah personil minimal 4 orang, maksimalnya sebanyak –banyaknya. Jumlah minimal tersebut, 1 orang sebagai pemimpin dan 3 orang lainnya sebagai pengiring. Jumlah maksimal yang dimaksud sebanyak-banyaknya adalah orang yang paling belakang sebagai peserta jangan sampai bertemu dengan pemimpinnya untuk mengelilingi berugak yang dipajang, jumlahnya sekitar 25 orang yang paling banyak.


Ada dua bagian proses dan tugas yang dilakukan dalam gegerok tandak, yaitu sebagai lawas dan Onceq.

a.    Lawas, merupakan orang sebagai pemimpin dalam barisan. Tugasnya adalah sebagai pembuka tarian dengan menggunakan tembang dan juga mengatur barisan para peserta lainnya yang terkait dengan arah dan langkah.

b.    Onceq, merupakan orang yang melawas atau mengungkapkan pantun secara bergantian. Hal ini dilakukan oleh siapa saja yang ikut dalam Tarian Gegerok tersbut, baik yang sebagai pemimpin maupun pesertanya.

Filosofinya Gegerok Tandak yaitu rasa kegotong royongan, berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing. Hal ini dibuktikan dengan berisan yang tidak boleh terputus, selalu berdekatan. Orang yang selalu berdekatan ini menunjukan kita tidak boleh putus hubungan silaturrahmi antar sesama, sehingga setiap beban yang dirasakan oleh orang lain kita harus bisa membantu sesuai dengan kemampuan. Begitu juga dengan kebahagiaan yang kita rasakan harus bisa dinikamti bersama.

Senin, 16 Mei 2016

BUKIT ANAK DARA SEMBALUN







BUKIT ANAK DARA –SEMBALUN
Bukit Anak Dara merupakan salah satu dari sekian banyak bukit-bukit yang mengelilingi Sembalun .Deretan bukit yang mempercantik pemandangan alam mulai banyak dilirik para wisatawan lokal dan mancnanegara. Bukit Anak Dara merupakan bukit tertinggi kedua di Sembalun setelah Bukit Nanggi yang terletak di Sembalun Bumbung.
Bukit Anak Dara tergolong bukit yang baru dijamah oleh manusia, atau masih tergolong ting-ting dengan tawaran pesona yang sangat lengkap. Sering digadang-gadang sebagai bukit yang terindah dan mampu menciptakan kenangan yang sulit untuk dilupakan. Dan memang itulah keadaan sesung guhnya Bukit Anak Dara. Sekeliling tempat yang dapat dijangkau pandangan, dan segala sudutnya menyajikan panorama alam yang benar-benar menakjubkan. Bukit yang tingginya 1.921 mdpl ini me mang tidak semudah mendaki beberapa bukit yang lebih rendah dan relatif dekat dengan pemukiman penduduk. Namun semua rasa penat dan jerih payah sela ma perjalanan akan segera terobati sesampai nya di atas punggung bukit.


Menurut cerita para leluhur masyarakat Sembalun bukit ini dinamakan Bukit Anak Dara karena ko non masih dijaga oleh dua orang dara cantik. Sebagaimana diyakini oleh para leluhur bahwa Gunung Rinjani dijaga oleh seorang ratu jin cantik bernama “Dewi Anjani” , maka ke mungkinan penjaga bu kit ini adalah dua putri murid dari Dewi Anjani. Itulah pula sebabnya bukit ini “disegani” dan baru mulai dikunjungi. Bukit ini berada tepat di sebelah timur desa Sembalun Lawang. Agar pendakian bu kit lebih mudah, secara bertahap jalur menuju bukit sedang ditata untuk selanjutnya dipromosikan untuk lokasi kunjungan wisata yang eksotik di de sa Sembalun.


Pesona yang dijanjikan Bukit Anak Dara cukup beragam, mulai ketika melemparkan panda ngan ke sebelah timur. Disana pengunjung akan disapa dengan ramah oleh hamparan hutan belantara yang hi jau bak permadani raksasa dan sangat menyejukkan mata. Hamparan hutan yang sangat luas karena berbatasan langsung dengan lautan lepas yang biru dan nampak te nang dipandang dari ketinggian. Di tengah-tengah lautan berderet beberapa gili yang nampak bagai tumpukan kecil bongkahan-bongkah an batu, atau seperti kapal yang sedang berlayar. Sesekali terlihat putih berkilat gulungan ombak yang menghempas ke tepi pantai.
Jika menatap arah timur di pagi hari, dari bukit ini pengunjung akan disapa oleh hangatnya mentari dengan sunrise yang sempurna. Semburat cahaya berwarna-warni diiringi munculnya matahari seolah olah disemburkan oleh laut secara perlahan namun pasti. Sebuah pemadang an yang begitu indah dan menawan. Bukan hanya sunrise yang dapat dinikati dari puncak Bukit Anak Dara. Tak kalah eksois nya ketika hari menjelang malam, pada sore hari semburat matahari kembali memanjakan mata pe ngunjung. Siraman sinar lembut sunset yang perlahan-la han di telan oleh kemegahan Gunung Rinja ni.



Ketika pandangan dari puncak Bukit Anak Dara kita arahkan ke selatan barat, pengunjung bisa menik mati keindahan view sudut-sudut desa Sembalun. Deretan rumah penduduk yang ber padu dengan per sawahan dan perkebunan petani menyajikan hamparan hijau menguning dengan keindahan melebihi hasil kesaktian kanvas pelukis ternama. Di sana juga dapat disaksi kan luasnya ladang penggembala an berupa Savana Dandaun, Taman Anggrek Kanji, Ke bun Strawbery dan aneka pemandangan khas lainnya. Belum lagi keanggunan yang diciptakan dari deretan bukit-bukit yang berjejer seakan-akan sepasukan prajurit yang menga wal perjalanan sang raja Gunung Rinjani.
Bagi yang hoby paralayang, Bukit Anak Dara menjanjikan tempat yang sangat pantastis. Le rengnya yang landai dan luasnya pemandangan alam akan lebih banyak dapat dinikmati sambil terbang dengan gembira.

Rabu, 16 Maret 2016

SIAPAKAH SEBENARNYA PENULIS KITAB JANGKA JAYABAYA ?



                SIAPAKAH SEBENARNYA PENULIS KITAB JANGKA JAYABAYA ?





Ramalan Jayabaya atau sering disebut Jangka Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kediri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga. Asal usul utama serat ramalan Jayabaya dapat dilihat pada kitab Musasar yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan keasliannya, tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yang menuliskan bahwa Jayabaya yang membuat ramalan-ramalan tersebut.

Meskipun demikian, kenyataannya dua pujangga yang hidup sezaman dengan Prabu Jayabaya, yakni Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, sama sekali tidak menyebut bahwa Prabu Jayabaya memiliki karya tulis dalam kitab-kitab mereka yang berjudul Kakawin Bharatayuddha, Kakawin Hariwangsa, dan Kakawin Gatotkacasraya. Kakawin Bharatayuddha hanya menceritakan peperangan antara kaum Korawa dan Pandawa yang disebut peperangan Bharatayuddha, sedangkan Kakawin Hariwangsa dan Kakawin Gatotkacasraya berisi tentang cerita ketika sang prabu Kresna ingin menikah dengan Rukmini dari negeri Kundina, putri prabu Bismaka. Rukmini adalah titisan Dewi Sri.


Dari berbagai sumber dan keterangan yang ada mengenai Ramalan Jayabaya, maka pada umumnya para sarjana sepakat bahwa sumber ramalan ini sebenarnya hanya satu, yakni Kitab Asrar (Musarar) karangan Sunan Giri Perapan (Sunan Giri ke-3) yang kumpulkannya pada tahun Saka 1540 = 1028 H = 1618 M, hanya selisih 5 tahun dengan selesainya kitab Pararaton tentang sejarah Majapahit dan Singosari yang ditulis di pulau Bali 1535 Saka atau 1613 M. Jadi penulisan sumber ini sudah sejak zamannya Sultan Agung dari Mataram bertahta (1613-1645 M).

Kitab "Jangka Jayabaya" pertama dan dipandang asli, adalah dari buah karya Pangeran Wijil I dari Kadilangu (sebutannya Pangeran Kadilangu II) yang dikarangnya pada tahun 1666-1668 Jawa = 1741-1743 M. Sang Pujangga ini memang seorang pangeran yang bebas. Mempunyai hak merdeka, yang artinya punya kekuasaan wilayah "Perdikan" yang berkedudukan di Kadilangu, dekat Demak. Memang dia keturunan Sunan Kalijaga, sehingga logis bila dia dapat mengetahui sejarah leluhurnya dari dekat, terutama tentang riwayat masuknya Sang Brawijaya terakhir (ke-5) mengikuti agama baru, Islam, sebagai pertemuan segitiga antara Sunan Kalijaga, Brawijaya ke-V dan Penasehat Sang Baginda benama Sabda Palon dan Nayagenggong.

Disamping itu dia menjabat sebagai Kepala Jawatan Pujangga Keraton Kartasura tatkala zamannya Sri Paku Buwana II (1727-1749). Hasil karya sang Pangeran ini berupa buku-buku misalnya, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad Demak, Babad Pajang, Babad Mataram, Raja Kapa-kapa, Sejarah Empu, dll. Tatkala Sri Paku Buwana I naik tahta (1704-1719) yang penobatannya di Semarang, Gubernur Jenderalnya benama van Outhoorn yang memerintah pada tahun 1691-1704. Kemudian diganti G.G van Hoorn (1705-1706), Pangerannya Sang Pujangga yang pada waktu masih muda. Didatangkan pula di Semarang sebagai Penghulu yang memberi Restu untuk kejayaan Keraton pada tahun 1629 Jawa = 1705 M, yang disaksikan GG. Van Hoorn.

Ketika keraton Kartasura akan dipindahkan ke desa Sala, sang Pujangga diminta pandapatnya oleh Sri Paku Buwana II. Ia kemudian diserahi tugas dan kewajiban sebagai peneliti untuk menyelidiki keadaan tanah di desa Sala, yang terpilih untuk mendirikan keraton yang akan didirikan tahun 1669 Jawa (1744 M).

Sang Pujangga wafat pada hari Senin Pon, 7 Maulud Tahun Be Jam'iah 1672 Jawa 1747 M, yang pada zamannya Sri Paku Buwono 11 di Surakarta. Kedudukannya sebagai Pangeran Merdeka diganti oleh putranya sendiri yakni Pangeran Soemekar, lalu berganti nama Pangeran Wijil II di Kadilangu (Pangeran Kadilangu III), sedangkan kedudukannya sebagai pujangga keraton Surakarta diganti oleh Ngabehi Yasadipura I, pada hari Kemis Legi,10 Maulud Tahun Be 1672 Jawa = 1747 M.

Jangka Jayabaya yang dikenal sekarang ini adalah gubahan dari Kitab Musarar, yang sebenarnya untuk menyebut "Kitab Asrar" Karangan Sunan Giri ke-3 tersebut. Selanjutnya para pujangga dibelakang juga menyebut nama baru itu.
Kitab Asrar itu memuat lkhtisar (ringkasan) riwayat negara Jawa, yaitu gambaran gilir bergantinya negara sejak zaman purbakala hingga jatuhnya Majapahit lalu diganti dengan Ratu Hakikat ialah sebuah kerajaan Islam pertama di Jawa yang disebut sebagai ”Giri Kedaton". Giri Kedaton ini nampaknya Merupakan zaman peralihan kekuasaan Islam pertama di Jawa yang berlangsung antara 1478-1481 M, yakni sebelum Raden Patah dinobatkan sebagai Sultan di Demak oleh para Wali pada 1481 M. Namun demikian adanya keraton Islam di Giri ini masih bersifat ”Hakikat” dan diteruskan juga sampai zaman Sunan Giri ke-3.

Sejak Sunan Giri ke-3 ini praktis kekuasaannya berakhir karena penaklukkan yang dilakukan oleh Sultan Agung dari Mataram; Sejak Raden Patah naik tahta (1481) Sunan Ratu dari Giri Kedatan ini lalu turun tahta kerajaan, diganti oleh Ratu seluruh jajatah, ialah Sultan di Demak, Raden Patah. Jadi keraton di Giri ini kira-kira berdiri antara 1478-1481 M atau lebih lama lagi, yakni sejak Sunan Giri pertama mendirikannya atau mungkin sudah sejak Maulana Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M (882 H). Setelah kesultanan Demak jatuh pada masa Sultan Trenggono, lalu tahta kerajaan jatuh ke tangan raja yang mendapat julukan sebagai "Ratu Bobodo") ialah Sultan Pajang. Disebut demikian karena pengaruh kalangan Ki Ageng yang berorientasi setengah Budha/Hindu dan setengah Islam di bawah pengaruh kebatinan Siti Jenar, yang juga hendak di basmi pengaruhnya sejak para Wali masih hidup.

Setelah Kerajaan ini jatuh pula, lalu di ganti oleh penguasa baru yakni, Ratu Sundarowang ialah Mataram bertahta dengan gelar Prabu Hanyokro Kusumo (Sultan Agung) yang berkuasa di seluruh Jawa dan Madura. Di kelak kemudian hari (ditinjau, dari sudut alam pikiran Sri Sultan Agung dari Mataram ini) akan muncullah seorang raja bertahta di wilayah kerajaan Sundarowang ini ialah seorang raja Waliyullah yang bergelar Sang Prabu Herucakra yang berkuasa di seluruh Jawa-Madura, Patani dan Sriwijaya.

Wasiat Sultan Agung itu mengandung kalimat ramalan, bahwa kelak sesudah dia turun dari tahta, kerajaan besar ini akan pulih kembali kewibawaannya, justru nanti dizaman jauh sesudah Sultan Agung wafat. Ini berarti raja-raja pengganti dia dinilai (secara pandangan batin) sebagai raja-raja yang tidak bebas merdeka lagi. Bisa kita maklumi, karena pada tahun-tahun berikutnya praktis Mataram sudah menjadi negara boneka VOC yang menjadi musuh Sultan Agung (ingat perang Sultan Agung dengan VOC tahun 1628 & 1629 yang diluruk ke Jakarta/ Batavia oleh Sultan Agung).
Oleh Pujangga, Kitab Asrar digubah dan dibentuk lagi dengan pendirian dan cara yang lain, yakni dengan jalan mengambil pokok/permulaan cerita Raja Jayabaya dari Kediri. Nama mana diketahui dari Kakawin Bharatayudha, yang dikarang oleh Mpu Sedah pada tahun 1079 Saka = 1157 M atas titah Sri Jayabaya di Daha/ Kediri. Setelah mendapat pathokan/data baru, raja Jayabaya yang memang dikenal masyarakat sebagai pandai meramal, sang pujangga (Pangeran Wijil) lalu menulis kembali, dengan gubahan "Jangka Jayabaya" dengan ini yang dipadukan antara sumber Serat Bharatayudha dengan kitab Asrar serta gambaran pertumbuhan negara-negara dikarangnya sebelumnya dalam bentuk babad.
Lalu dari hasil, penelitiannya dicarikan Inti sarinya dan diorbitkan dalam bentuk karya-karya baru dengan harapan dapat menjadi sumber semangat perjuangan bagi generasi anak cucu di kemudian hari.

Cita-cita yang pujangga yang dilukiskan sebagai zaman keemasan itu, jelas bersumber semangat dari gambaran batin Sultan Agung. Jika kita teliti secara kronologi, sekarang ternyata menunjukan gambaran sebuah negara besar yang berdaulat penuh yang kini benama "Republik Indonesia". Kedua sumber yang diperpadukan itu ternyata senantiasa mengilhami para pujangga yang hidup diabad-abad kemudian, terutama pujangga terkenal R.Ng., cucu buyut pujangga Yasadipura I pengganti Pangeran Wijil I.

Jangka Jayabaya dari Kitab Asrar ini sungguh diperhatikan benar-benar oleh para pujangga di Surakarta dalam abad 18/19 M dan sudah terang Merupakan sumber perpustakaan dan kebudayaan Jawa baru. Hal ini ternyata dengan munculnya karangan-karangan baru, Kitab Asrar/Musarar dan Jayabaya yang hanya bersifat ramalan belaka. Sehingga setelah itu tumbuh bermacam-macam versi teristimewa karangan baru Serat Jayabaya yang bersifat hakikat bercampur jangka atau ramalan, akan tetapi dengan ujaran yang dihubungkan dengan lingkungan historisnya satu sama lain sehingga merupakan tambahan riwayat buat negeri ini.


Semua itu telah berasal dari satu sumber benih, yakni Kitab Asrar karya Sunan Giri ke-3 dan Jangka Jayabaya gubahan dari kitab Asrar tadi, plus serat Mahabarata karangan Mpu Sedah & Panuluh. Dengan demikian, Jangka Jayabaya ini ditulis kembali dengan gubahan oleh Pangeran Wijil I pada tahun 1675 Jawa (1749 M) bersama dengan gubahannya yang berbentuk puisi, yakni Kitab

Musarar. Dengan begitu menjadi jelaslah apa yang kita baca sekarang ini.

Selasa, 15 Maret 2016

RAMALAN SERAT JANGKA JAYABAYA

 

                                               


1-Mbesuk jen wis ana kreta mlaku tanpa turangga
Tanah Djawa kalungan wesi,
Prahu mlaku ing a duwur awang2.
Kali pada ilang kedunge, iku tanda yen jaman Jayabaya wis cedak
Terjemahan :
Besok jika ada kereta berjalan tanpa kuda ( tafsir= Mobil, kereta api)
Tanah Jawa berkalung besi ( tafsir= Rel Kereta api)
Perahu terbang diatas angkasa ( tafsir= pesawat terbang , pswt luar angkasa)
Sungai pada hilang danaunya / sumbernya (tafsir = sungai buatan)
Itulah pertanda jaman Jayabaya sudah dekat
2-Akeh janji ora ditepati.
Akeh wong wani nglanggar sumpahe dewe,
Manungso pada seneng nyalah, tan ngendah-ake hukum Allah,
Terjemahan :
Banyak janji tidak ditepati
Banyak orang melanggar sumpahnya sendiri
Manusia senang berbuat salah, tidak mengindahkan hukum Tuhan.
3-Akeh pangkat sing jahat lan jajil,
Hukuman ratu ora adil,
Terjemahan :
Banyak orang berpangkat yang jahat dan jahiliyah
Hukuman penguasa tidak adil, .
4-Wong sing apik kepencil,
Makarya apik luwih becik ngapusi,
Wong agung kesinggung wong ala kepuja-puja,
Terjemahan :
Orang berbuat baik terkucilkan
Berbuat baik malah merasa malu, lebih baik berbohong
Orang Besar tersinggung, orang jahat dipuja-puja/ dihormati
5-Wong wadon ilang wanitane ilang wirange,
Wong lanang ilang lanange,priya ilang prawirane,
Terjemahan :
Wanita hilang kewanitaanya, hilang malunya
Laki-laki hilang kelaki-lakianya, hilang keberaniannya
( Dalam arti harafiah = banci, homo, maupun perlambang laki2 tidak jantan, pengecut)
6-Akeh udan salah mangsa,
Akeh perawan tua,
Akeh randameteng,
Akeh bayi takon bapa
Agama akeh kang nantang, kamanungsan ilang,
Terjemahan :
Banyak Hujan tidak tepat /sesuai musimnya
Banyak perawan tua (banyak perawan tua, juga banyak wanita yang
kawin diusia tua)
Banyak janda hamil (hamil tanpa suami)
Banyak bayi bertanya siapa bapaknya (hamil diluar nikah)
Agama banyak ditentang, Rasa kemanusiaan makin hilang
7-Olah suci pada dibenci, olah ala pada dipuja,
Wanadya pada wani ngendi-ngendi,
Terjemahan :
Olah Kebaikan dibenci, Olah kejelekan di puja
Wanita pada berani dimana-mana (maksudnya sama pria)
8-Sing Weruh ketuduh, sing ora ya ketuduh
Terjemahan :
Yang tahu (bener atau salah) tertuduh , yang tidak tahu juga (cari kambing hitam)
9-Mbesuk yen ana prang saka wetan, kulon, lor lan wong cilik sengsara lan mbendul,
Wong jahat mlarat brekat,
Terjemahan :
10-Besok jika ada perang di Timur , Barat, Utara,Selatan, (=berbagai belahan dunia/negara) rakyat kecil semakin sengsara dan menderita
Orang Jahat miskin Berkat
11-Sing Curang makin garang ,sing jujur kojur, wong dagang keplanggang,
Terjemahan :
Yang curang berani, yang jujur hancur, orang berdagang kepalsuan.
12-Judi pada dadi,
Akeh barang haram, akeh anak haram, prawan cilik nyidam,
Wanita nglanggar priya, isih bayi pada bayi,
Terjemahan :
Judi semakin menjadi ,
Banyak anak haram, banyak gadis kecil yang hamil
Wanita berani sama laki-lakinya, Masih kecil (anak2) sudah punya anak
13-Sing Priya pada ngasorake drajade dewe,
Bumi saya suwe saya mengkeret,
Sekilan bumi dipajegi,
Jaran doran sambel,
Kretane roda papat satugel,
Yang laki-laki merendahkan derajatnya sendiri
Bumi semakin menyusut /mengecil ( dunia semakin tak ada batasan ruang dan waktu berkat teknologi modern spt : transpotasi, komunikasi )
Setiap jengkal tanah dipajak (apa2 sekarang dipajakin)
Kuda doyan sambal (tukang becak, ojek doyan sambel)
Kereta beroda empat terpotong (roda kereta api)
14-Wong wadon nganggo pakean lanang
Iku tandane yen bakal nemoni wolak-waliking jaman
Akeh manungsa ngutamakake real, lali kemanungsan
Lali kebecikan, lali sanak kadang
Akeh biyung lali anak,akeh anak nlandung biyunge
Perempuan berpakaian laki-laki
Itu pertanda akan menemui jaman yang serba terbalik
Banyak manusia mengutamakan harta, lupa rasa kemanusiaan
Banyak ibu melupakan anak, banyak anak berani sama ibunya
15-Akeh bapa lali anak.
Akeh anak wani nglawan ibu, nantang bapa
Sedulur padha cidra.
Kulawarga padha curiga, kanca dadi mungsuh.
Akeh manungsa lali asale.
Ukuman Ratu ora adil.Akeh pangkat sing jahat lan ganjil.
Akeh kelakuan sing ganjil.
Banyak bapak melupakan anaknya.
Banyak anak melawan ibu dan bapaknya
Saudara saling menyakiti keluarga, teman jadi lawan
Banyak manusia lupa asalnya
Hukuman Penguasa tidak adil, banyak orang pangkat berkelakuan aneh
Banyak kejadian aneh
17-Wong apik-apik padha kapencil. Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin.
Luwih utama ngapusi.
Wegah nyambut gawe.
Kepingin urip mewah.Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka.
Orang baik terkucilkan. Banyak orang bekerja baik-baik /jujur yang malah malu
Lebih baik berdusta
Malas bekerja.
Ingin hidup mewah, mengumbar angkara murka/kejahatan, mengagung-agungkan kejahatan
18-Wong bener thenger-thenger. Wong salah bungah.
Wong apik ditampik-tampik. Wong jahat munggah pangkat.
Wong agung kasinggung. Wong ala kapuja.
Orang Benar terpaku. Orang Salah bergembira
Orang Baik ditolak di mana-mana. Orang Jahat naik pangkat
Orang Besar tersinggung. Orang Jelek dipuja
19-Wong wadon ilang kawirangane.
Wong lanang ilang kaprawirane.
Akeh wong lanang ora duwe bojo.
Akeh wong wadon ora setya marang bojone.
Akeh ibu padha ngedol anake.
Akeh wong wadon ngedol awake.
Akeh wong ijol bebojo.
Wong wadon nunggang jaran.
Wong lanang linggih plangki.
Orang perempuan hilang malunya
Lelaki hilang keberaniannya/ jadi pengecut
Banyak laki-laki tidak beristri
Banyak Wanita tidak setia/ berselingkuh
Banyak ibu menjual anaknya
Banyak wanita menjual diri, prostitusi (dalam berbagai bentuk)
Wanita naik kuda (wanita banyak menduduki posisi penting di pemerintahan)
Laki-laki duduk di belakang (lelaki hidup dibiayai wanita)
20-Randha seuang loro.Prawan seaga lima.
Dhudha pincang laku sembilan uang.
Janda seuang dapat 2 orang, Perawan dijual murah
Duda pincang laku 9 keping, (lebih mahal)
21-Akeh wong ngedol ngelmu.
Akeh wong ngaku-aku. Njabane putih njerone dhadhu.
Ngakune suci, nanging sucine palsu.Akeh bujuk akeh lojo.
Akeh udan salah mangsa.
Akeh prawan tuwa.Akeh randha nglairake anak.
Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne.
Agama akeh sing nantang.
Banyak orang menjual “ilmu” (agama) (banyak orang mencari popularitas, politik, uang berkedok agama)
Banyak orang mengaku-aku, luarnya “PUTIH” dalamnya “MERAH DADU” (serigala berbulu domba)
Mengaku “suci”, tapi “sucinya” palsu. Banyak yang menipu
Banyak hujan salah musim,
Banyak perawan tua, banyak bayi tanpa bapak (lahir diluar nikah)
Agama banyak yang menentang
22-Prikamanungsan ilang.
Omah suci dibenci. Omah ala saya dipuja.
Wong wadon lacur ing ngendi-endi.
Akeh laknat.Akeh pengkianat.
Anak mangan bapak. Sedulur mangan sedulur.
Kanca dadi mungsuh.
Guru disatru. Tangga padha curiga
Perikemanusiaan semakin hilang,
Tempat ibadah dibenci,
Tempat maksiat dipuja,
Prostitusi di mana-mana
Banyak laknat, pengkhianat
Anak mengorbankan bapak(berani), saudara tega dengan saudara
Teman jadi musuh,
Guru dilawan. Tetangga saling curiga
23-Kana-kene angkara murka.
Sing weruh kebubuhan.
Sing ora weruh ketutuh.
Besuk yen ana peperangan.
Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor.
Akeh wong becik saya sengsara.
Wong jahat seneng.
Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul.
Sana-sini semakin terjadi angkara murka
Yang tahu terjebak, yang tidak tahu tersentuh
Besok ada peperangan di timur,barat, utara ,selatan (berbagai belahan dunia dan negara)
Banyak rakyat kecil menderita, orang jahat semakin bergembira
Waktu itu banyak Dandang (tempat menanak nasi) dibunyikan oleh burung kuntul (sejenis burung sawah)
24-Wong salah dianggep bener. Pengkhianat nikmat,
Durjana sempurna.
Wong jahat munggah pangkat. Wong lugu kebelenggu.
Orang salah dianggap benar, pengkhianat nikmat, durjana semakin sempurna
Orang jahat naik pangkat, Orang lugu/jujur terbelenggu/ dipenjara
25-Wong mulya dikunjara. Sing curang garang.Sing jujur kojur.
Pedagang akeh sing keplarang.
Wong main akeh sing ndadi
Orang berhati mulya dipenjara. Yang curang semakin garang/ berani, yang jujur malah hancur
Pedagang banyak tertipu
Orang berjudi makin banyak (adanya tempat-tempat perjudian yang legal)
26-Akeh barang haram. Akeh anak haram.
Wong wadon nglamar wong lanang.
Wong lanang ngasorake drajate dhewe.
Akeh barang-barang mlebu luang.
Akeh wong kaliren lan wuda.
Wong tuku ngglenik sing dodol.Sing dodol akal okol.
Wong golek pangan kaya gabah diinteri.
Sing kebat kliwat. Sing telah sambat.
Banyak barang haram, banyak anak haram
Wanita melamar laki-laki
Lelaki merendahkan martabatnya sendiri (gigolo)
Banyak barang masuk lobang (jebakan)
Banyak orang kelaparan dan tak berpakaian
Orang mengandalkan “KLENIK” jika berbisnis
Yang berbisnis, menggunakan kekuatan dan kelicikan
Orang semakin susah mencari makan
Yang salah keterlaluan, banyak orang yang mengeluh
27-Pedagang akeh alangane.
Akeh buruh nantang juragan.
Juragan dadi umpan. Sing suwarane seru oleh pengaruh.
Wong pinter diingar-ingar. Wong ala diuja.
Wong ngerti mangan ati.
Bandha dadi memala. Pangkat dadi pemikat.
Sing sawenang-wenang rumangsa menang.
Pedagang banyak hambatan (berbisnis banyak halangannya)
Banyak buruh menentang juragan (pemilik perusahaan) (banyak demo-demo buruh yang memperjuangkan hak2nya)
Juragan jadi umpan (dimanfaatkan oleh penguasa), Yang banyak suara (pengaruh)
Orang pintar dibodohi, diliciki, orang jahat dimanjakan
Orang tahu (akan kebenaran) makan hati (sakit hati)
Harta jadi musibah, pangkat jadi pemikat ,
Yang berkuasa merasa menang
28-Sing ngalah rumangsa kabeh salah.
Ana Bupati saka wong sing asor imane.
Patihe kepala judhi.
Wong sing atine suci dibenci.
Wong sing jahat lan pinter jilat derajat.
Pemerasan ndadra.
Yang mengalah merasa semua salah
Ada bupati (penguasa daerah), yang rendah imannya
Patihnya (Aparatnya) kepala judi (Mafia judi, maksiat)
Orang berhati suci dibenci, Orang jahat dan penjilat semakin dapat kedudukan
Pemerasan di mana-mana.
29-Maling lungguh wetenge mblenduk.
Pitik angrem saduwure pikulan.
Maling wani nantang sing duwe omah.
Begal pada ndhugal. Rampok padha keplok-keplok.
Wong momong mitenah sing diemong.
Wong jaga nyolong sing dijaga.
Wong njamin njaluk dijamin.
Akeh wong mendem donga.
Kana-kene rebutan unggul.
Maling duduk perutnya buncit (Kayak Gaya koruptor)
Ayam mengeram di atas pikulan (pemaksaan pekerja, TKW, ayam yang mengeram betina)
Maling berani nantang yang punya rumah (KORUPTOR BERANI MENANTANG YANG PUNYA HAK/RAKYAT DI PENGADILAN)
Begal/ Penjahat semakin menjadi, Perampok bertepuk tangan (BANYAK MAFIA YANG LOLOS DI PENGADILAN)
Yang mengasuh memfitnah yang diasuh, yang mengangkat pejabat tapi menjatuhkan (mencari kambing hitam)
Orang yang menjaga malah mencuri (banyak aparat yang “bermain”)
Orang yang menjamin minta dijamin (minta upeti)
Banyak orang yang mengubur doa
Sana-sini berebut kekuasaan
31-Angkara murka ngombro-ombro.
Agama ditantang.
Akeh wong angkara murka.
Nggedhekake duraka.
Ukum agama dilanggar.
Prikamanungsan di-iles-iles.
Kasusilan ditinggal.
Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi.
Wong cilik akeh sing kepencil. Amarga dadi korbane si jahat sing jajil.
Angkara murka meraja lela, agama ditentang
Banyak orang berbuat angkara murka, mengagungkan tindak durjana
Hukum agama dilanggar, Perikemanusiaan diinjak-injak
Kesusilaan ditinggalkan/diabaikan.
Banyak orang gila (keduniawian), Jahat dan kehilangan akal budi
Rakyat kecil makin terkucilkan karena menjadi korban yang jahat
32-Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit.
Negarane ambane saprawolon.
Tukang mangan suap saya ndadra.
Wong jahat ditampa.Wong suci dibenci.
Kemudian ada Ratu (penguasa) yang berpengaruh dan punya tentara (militer)
Negaranya seperdelapan (maksudnya luas sekali)
Tukang makan suap semakin menjadi . (banyak orang menggunakan kekuasaannya untukkepentingan pribadi dengan makan suap)
Orang Jahat diterima. Orang Suci dibenci
33-Mara den titenana,
Samangsa tanah Jawa wus mengku ratu,
Wus ora bapa pra biyung, titik-ane nganggo kethu bengi,asirah watu geni, Pangapesane wanodya ngiwi-iwi jejuluk sarwa ageng edi.
Maka ingatlah, ketika tanah Jawa mempunyai Pemimpin
Yang tidak berbapak dan beribu (tidak ketahuan asal-asulnya) tandanya pakai pada malam , ber”kepala api” (sangat berkuasa).
Kalahnya (kelemahannya) dengan wanita yang melambai-lambai, dikenal kebesarannya dan wibawanya.
34-Ratu digdaya ora tedas tapak palu ne pandhe sisane gurindha ning apese mungsuh setan tuyul, setan anu gundul,
Penguasa sakti, kebal, akan senjata ( sangat berkuasa, tidak mampu digulingkan secara militer, maupun politik)
Tapi pengapesannya/kalahnya dengan setan tuyul, setan gundul
(Setan gundul, tuyul = perlambang rakyat kecil, anak kecil /mahasiswa)
35-Bocah cilik pating pendelik ngubengi
Omah surak-surak kaya nggusah pitik.
Ratu atine dadi cilik, ngumdamana bala sabrang sing dojan ***.
Anak kecil memelototi rumah ,
Berteriak-teriak seperti mengusir ayam
Penguasa langsung berkecil hati (ciut nyalinya), memanggil bala bantuan dari seberang yang suka makan anjing. (meminta bantuan dari kekuatan asing)
37-Ana wong tuwa ahli tapa Ageng, muncul ing tengahing gunung Kendheng,
Ngrasuk sarwa cemeng, ambiyantu Ratu sing dirubung tuyul nggremeng,
Pandhita ajejuluk Condro siji Jawa.
Ada orang tua,pertapa agung, muncul dari gunung Kendheng (Gunung yang berada antara Jawa Tengah dan Jawa Timur)
Berpakaian serba hitam, membantu penguasa yang dirubung tuyul (kroni) yang bergumam
38-Pandita /pertapa yang bergelar : Candra Satu jawa
(Ketika pemerintahan sudah kacau balau, muncullah sosok yang akan membantu pemerintah mengatasi masalah, seorang yang tahu benar akan hukum-hukum agama (seorang sufi/pendita/pertapa), yang berpakaian serba hitam artinya sudah tidak mempunyai keinginan apa-apa, akan menuntaskan masalah pemerintahan dan membawa Nusantara ke arah kejayaan dan kemakmuran).


Senin, 08 Februari 2016

PAKAIAN TRADISIONAL SUKU SASAK BAYAN



                                   PAKAIAN TRADISIONAL SUKU SASAK BAYAN






Pakaian tradisional merupakan salah satu identitas suatu daerah yang membedakan prilaku budaya di suatu tempat dengan tempat lainnya. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki pakaian tradisional yang menjadi identitas masing masing daerah dengan keunikannya, demikian pula halnya dengan masarakat suku sasak yang ada wilayah Bayan Kabupaten Lombok Utara,Provensi Nusa Tenggara Barat .Pakaian khas masyarakat tradisional Bayan Kabupaten Lombok Utara disebut dengan nama Tenun Bayan yaitu kain tenun hasih buah karya masyakat setempat yang disebut kain sesekan. Tenun Bayan ini terdiri dari beberapa jenis kain sesekan/tenun,antara lain sebagai berikut:

1-Londong Abang yaitu kain tenun dengan warna dasar merah muda dengan ornament garis berwarna hitam dan kuning. Kain jenis ini biasa dipakai oleh Kiayai Adat Bayan dan wanita-wanita Bayan yang berasal dari golongan bangsawan dan keturunan Kiyai Adat Bayan.

2-Kereng Pisak adalah kain tenun yang dibuat dengan bahan dasar bernang berwarna putih dengan ornament hiasa berupa garis lurus yang dibuat dari benang berwarna putih keabu-abuan. Kain ini biasanya digunakan oleh golongan Kiyai Pengulu, Kiyai Lebe, Kiyai Ketib dan Kiyai Mudim.

3-Rejasa yaitu kain panjang yang ditenun khusus untuk para Kiyai dengan warna dasar merah kecoklat-coklatan dengan ornament garis berwarna putih abu-abu. Rejasa biasa digunakan sebagai ikat pinggang oleh pranata adat Bayan, baik laki-laki ataupun perempuan.

4-Sapuk yaitu kain berwarna putih dan kain yang dibuat dengan berbagai bentuk ornament hiasa batik khas Lombok. Sapuk berwarna putih khusus digunakan oleh Kiyai Adat sedangkan Sapuk yang bercorak batik digunakan sebagai ikat kepala oleh seluruh warga Bayan dan umumnya digunakan oleh seluruh masyarakat Lombok pada saat pelaksanaan tradisi-tradisi adat sasak Bayan.

5-Jong yaitu kain tenun yang dibuat berupa sebuah topi panjang. Jong merupakan topi panjang yang terbuat dari ahan dasar benang tenun berwarna merah dengan ragam hias berbebentuk belah ketupat berwarna putih, kuning, dan hijau. Jong merupakan pakaian penutup kepala yang khusus dipakai oleh paranata adat wanita Bayan yang biasanya berasal dari golongan bangsawan dan golongan kiyai. Jong biasanya digunakan pada saat dilaksanakannya tradisi Maulid Adat dan Lebaran Adat pada masyarakat Bayan.

6-Sampur Rujak Belimbing yaitu kain tenun berupa selendang yang terbuat dari bahan benang dengan warna dasar kuning dengan ornament garis hias berwarna merah muda, ping dan merah kecoklat-coklatan. Sampur Rujak Belimbing ini biasa digunakan oleh wanita Bayan yang berasal dari golongan bangsawan dan keturunan golongan kiyai. Kain selendang ini biasanya digunakan pada saat dilaksanakannya tradisi Maulid Adat dan Lebaran Adat pada masyarakat Bayan dan pelaksanaan Gawe Adat Gama.



7-Lipaq adalah kain tenun yang dibuat dengan warna dasar jingga/ping tanpa ada garis hias sebagai ornamennya dan adapula yang dibuat dengan warna dasar kuning tanpa ornament hiasa. Lipaq difungsikan sebagai selendang oleh pranata adat wanita Bayan, terutama pada saat dilaksanakannya tradisi-tradisi adat Bayan.

8-Kombong Abang adalah kain tenun yang dibuat dari bahan dasar benang berwarna merah muda dengan ornament hiasa garis lurus yang terbuat dari benang berwarna abu-abu dan merah kecoklat-coklatan. Masyarakat Bayan biasa menggunakan Kombong Abang sebagai kelengkapan pakaian tradisionalnya, yaitu digunakan sebagai ikat pinggang.

9-Poleng Ragi Dayu adalah kain tenun yang dibuat dari benang berwarna dasar kuning dengan ornament hiasa berbentuk kotak-kotak berwarna kelabu, merah muda, kuning kehijau-hijauan dan merah kehitam-hitaman. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

10-Songket Poleng adalah kain songket yang dibuat dengan benang tenun berwarna dasar merah muda dengan ornament hiasa berupa kotak-kotak berwarna merah kehitam-hitaman dan dalam beberapa kotak terdapat ragam hias berbentuk punden berundak lima yang terbuat dari benang berwana putih. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

11-Ragi Rajek adalah kain tenun yang dibuat dari benang dengan warna dasar merah kehitam-hitaman dengan ornament hias berupa garis lurus yang terbuat dari benang berwarna biru, putih, dan merah muda yang membentuk kotak-kotak. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

12-Kesial Kuning adalah kain tenun yang dibuat dengan benang berwarna dasar kuning dengan ragam hiasa garis lurus membentuk kotak-kotak berwarna ungu dan piolet. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

13-Rujak Berune adalah kain tenun yang terbuat dari benang berwarna dasar merah maron dengan ragam hias berupa garis lurus berwarna putih. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.
Inilah gambaran singkat dari beberapa jenis kain tenun yang dijadikan sebagai pakaian tradisional oleh masyarakat Suku Sasak Bayan dalam kehidupan social budayanya.Pakaian tradisional Bayan masih tetap digunakan hingga sekarang,terutama pada saat pelaksanaan tradisi-tradisi adat dan Gawe Adat Gama.Untuk pakaian adat kaum perempuan Bayan digunakan adalah Jong sebagai penutup kepala, Londong Abang sebagai kain, Rejasa sebagai ikat pinggang dan Sampur Rujak Belimbing sebagai selendang-nya.



Sedangkan Pakaian adat Bayan untuk kaum pria menggunakan Sapuk sebagai ikat kepala, Londong Abang sebagai kain, Rejasa sebagai ikat pinggangnya dan Kombong Abang sebagai selendangnya. Khusus untuk Kiyai Kagungan, mereka menggunakan Sapuk Putek sebagai ikat kepala, Kereng Pisak sebagai kain, Rejasa sebagai ikat pinggang dan Kombong Abang sebagai selendangnya.
Komonitas Penenun Bayan sampai sekarang masih tetap aktif memperoduksi kain tenun Bayan yang terdiri dari beberapa jenis kain untuk kepentingan masyarakat dan untuk tujuan komersil.


Rabu, 03 Februari 2016

PANTAI TEBING LOMBOK

 
                                                              PANTAI TEBING LOMBOK


                                                



Pantai Tebing terletak di Dusun Luk, Desa Sambik Bangkol, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara,Provensi Nusa Tenggara Barat.
Jika kita menanyakan letak pantai Tebing kepada nelayan yanng ada di sekitar Dusun Luk ,mereka kurang mengenal nama tersebut. Mereka lebih kenal dengan Pantai Balihai.karena di dekat pantai tersebut ada gudang Balihai bir,dan ada pula yang menyebutnya Pantai Luk, karena pantai Tebing ini lokasinya di Dusun Luk. Semoga sebutan untuk Pantai Tebing ini tidak membuat anda bingung, tetapi justru memudahkan anda untuk bertanya.


Pantai Tebing berpasir hitam. pantainya sangat bersih dan air lautnya jernih,Kebersihan di Pantai Tebing ini sangat terjaga. Ini bisa dibuktikan dengan tumbuh suburnya terumbu karang di pantai ini.Dinamakan pantai Tebing, karena pantai ini mempunyai tebing yang tingginya kurang lebih 20 meter.tebing ini awalnya dari pembentukan endapan awan panas yang mengandung fragmen koral hasil tsunami akibat dari letusan Gunung Tambora pada abad 19 yaitu tepatnya tahun 1815 M.jika kita melihat bentuk tebingnya yang terlihat seperti batu kapur yang mudah pecah,Walaupun namanya pantai Tebing, tetapi pantai ini bukanlah tempat orang melakukan olah raga panjat tebing. Di pantai Tebing ini , kurang lebih 5 meter dari bibir pantai, anda akan menemui banyak orang yang memancing sambil berendam .


Untuk menuju Pantai Tebing Lombok Utara, sangat mudah. Apabila kita berangkat dari Kota Mataram yang berjarak sekitar 50 Km dari Pantai Tebing,kita membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan. Kita bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum seperti bis kecil maupun taxi. Sedangkan dari kota Tanjung Ibu Kota Kabupaten Lombok Utara,yang terkenal dengan kulinernya yaitu Sate Ikan Tanjung yang sangat gurih dan enak, kita hanya membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit ke arah timur. Letak pantai Tebing ini ada di belakang SMPN 2 ini. Akses masuk dari jalan raja ke Pantai Tebing ini kurang lebih 200 meter..
Setelah anda lelah bermain dan menikmati Pantai Tebing dan air terjun yang berada di sekitarnya, anda bisa menikmati wisata kuliner seperti sate Tanjung yang berbahan dasar ikan laut.


Senin, 01 Februari 2016

FATS BOAT DARI BALI KE GILI TRAWANGAN

                                                  Fast Boat dari Bali ke Gili Trawangan




Berbagai gambaran dan informasi menarik tentang keindahan dan keunikan pulau Gili Trawangan yang merupakan wilayah bagian dari Pulau Lombok -yaitu sebuah Gili yang terletak di Desa Gili Indah,Kecamatan Pemenang,Kabupaten Lombok Utara, NTB, membuat para pecinta traveling, memastikan program tour mereka setelah Bali untuk berkunjung ke pulau kecil dan cantik ini. Sejumlah kapal cepat atau fast boat dari Bali ke Gili Trawangan siap menawarkan harga bersaing dengan mutu serta pelayanan yang memuaskan,

Disebut juga kapal cepat karena memang anda butuh waktu lebih singkat agar tiba di tempat tujuan, berangkat dari dermaga Padang Bai pukul 09.30 dan 13.30 mengantar anda menuju Gili Trawangan hanya dalam waktu 1.5 jam saja, baru berikutnya ke Gili Air dan Senggigi Lombok,
Fast boat dari Bali ke Gili Trawangan mempermudah perjalanan wisata anda. Antusiasme para pengunjung dengan pengalaman-pengalaman yang mereka dapatkan di pulau ini menghias berbagai blog ataupun situs wisata untuk mengekspose berita keindahannya, serta memberikan penawaran harga terbaik untuk tiket fast boat dari Bali ke Gili Trawangan.



Semakin banyak orang yang penasaran ingin mengetahui lebih dekat. Sarana transportasipun disediakan, berbagai kemudahan disediakan untuk pemesanan tiket fast boat dari Bali ke Gili Trawangan, kami menawarkan tiket kapal cepat dengan harga murah. tentunya karena kami peran penting kami memberikan banyak pelanggan kepada provide fast boat sehingga bisa menegosiasikan harga lebih murah dan memberikan harga terbaik bagi anda.
Provider kapal cepat yang sudah berpengalaman dan profesional, sehingga setiap pelanggan mendapatkan kepuasan. Fast boat dari Bali ke Gili Trawangan ini berkecepatan/ speed rata-rata sampai 30 knots, mereka membuka trip pagi dan siang dan buka setiap hari (kecuali Hari Raya Nyepi) untuk bisa mengunjungi Gili Trawangan setelah berlibur di pulau Bali.
Salah satu provider kapal cepat yang beroprasi adalah Wahana fast boat, kapal cepat ini berangkat dari dermaga Padang Bai setiap hari. Sejumlah provider fast boat dari Bali ke Gili Trawangan dan dan Lombok, berangkat dari dermaga Sanur, namun biayanya jauh lebih mahal dibandingkan jika berangkat dari Padang Bai. Dan demaga paling anyar untuk kapal cepat ini adalah dari Amed, terletak di ujung Timur pulau, dari bandara butuh waktu sekitar 3 jam berkendaraan. Harga tiket fast boat - kapal cepat yang kami tawarkan lebih murah dibandingkan dengan provider lainnya.
Dermaga fast boat dari Bali ke Gili Trawangan yang paling dekat dengan wilayah Bandara, Kuta, Nusa Dua, Sanur dan daerah Badung Selatan lainnya adalah Sanur, tapi perjalanan lautnya lebih lama sekitar 2.00 - 2.15 jam, dan beberapa provider speed boat harus transit di Nusa Lembongan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, dan harga yang ditawarkan speed boat yang berangkat dari Sanur ini cenderung lebih mahal daripada di Padangbai dan Amed.


Sedangkan fast boat atau kapal cepat yang berangkat dari Padang Bai menuju Gili Trawangan, perjalanan lautnya sekitar 1.15 -1.30 jam, kapasitas fast boat 60 - 100 dan 150 orang penumpang. Kalau penyebrangan dengan fast boat dari Bali ke Gili Trawangan dari dernaga Padang Bai, maka penjemputan di hotel sampai di dermaga butuh waktu sekitar 2 jam lebih awal sebelum jadwal keberangkatan, apalagi trip siang, mengingat kawasan wisata Kuta, Denpasar dan sekitarnya rentan dengan kemacetan. Provider fast boat yang ada di Padangbai lumayan banyak sehingga harga yang ditawarkanpun tergolong lebih murah dan terjangkau.


Sementara kapal cepat - fast boat dari Bali ke Gili Trawangan melalui dermaga Amed, jaraknya tergolong paling dekat dengan Gili Trawangan butuh waktu sekitar 45 menit perjalanan laut dan tentunya harga tiketnyapun paling murah, tapi kalau dari bandara tergolong paling jauh, bagi yang menginap di wilayah Denpasar ataupun dekat bandara, tidak direkomendasikan menyebrang melalui Amed, karena perjalanan darat butuh waktu sekitar 3.5 jam, transportasi laut dari Amed ini hanya bagi wisatawan yang menginap di wilayah tersebut, seperti kawasan Amed sendiri Tulamben, Kubu dan Tirtagangga

Kamis, 28 Januari 2016

DUSUN TRADISIONAL SEMOKAN-DESA SUKADANA BAYAN


                        DUSUN TRADISIONAL SEMOKAN -DESA SUKADANA BAYAN





Dusun Semokan Desa Sukadana,Kecamatan Bayan,Kabupaten Lombok Utara, merupakan dusun adat yang pola hidupnya masih sangat sederhana dan tetap memegang teguh nilai adat istiadat,budaya warisan dari nenek moyang mereka.Dusun yang nyaman dan sepi karena jauh dari keramaian.Dusun Semokan terletak sekitar 7 km dari Desa Sukadana atau sekitar 14 km dari ibu kota Kecamatan Bayan.50 km dari Tanjung ibu kota Kabupaten Lombok Utara. Jika kita ingin berkunjung ke Dusun Semokan maka kita dapat melalui perapatan Sukadana menuju ke arah utara melawati jalan aspal sepanjang 5 km.bila kita sudah sampai di Dusun Tapen maka perjalanan akan dilanjutkan dengan berjalan kaki menelusuri hutan dan melintasi tiga buah sungai.Dengan berjalan kaki sejauh 2 km kita akan sampai di Dusun tradisional Semokan.


Kehidupan masyarakat Dusun Semokan sangat sederhana dan unik dengan tetap memegang teguh norma-norma adat,dan budaya yang kuat. Masyarakat Dusun Semokan hanya diperbolehkan menanam padi, jarak, dan sayur-sayuran, mereka tidak diperbolehkan menanam dan membudidayakan selain tanaman tersebut. Dan untuk hewan piaraan.mereka hanya boleh memelihara Kerbau, Kambing, dan Ayam,dan mereka tidak boleh memelihara hewan lainnya. Pada saat-saat tertentu mereka terbiasa mengadakan perburuan di sekitar hutan Gunung Rinjani.
Peralatan hidup yang mereka gunakan juga masih sangat sederhana dan tradisional,seperti peralatan rumah tangga yang mereka gunakan hanya terbuat dari bahan tanah liat, sebab aturan adat mereka tidak memperbolehkan untuk menggunakan peralatan-peralatan modern yang terbuat dari bahan logam. Sebagai alat penerangan, masyarakat setempat hanya menggunakan Jojor (lampu yang mereka buat dari bahan jarak dan kapas).


Pakaian yang digunakan masyarakat setempat adalah pakaian adat,dalam berpakaian mereka tidak boleh menggunakan celana dalam dan BH bagi warga perempuannya. Suasana kampung yang dikelilingi oleh hutan belantara sangat nyaman dan damai, tidak ada hiruk pikuk dan polusi. Perkampungan ini terasa tenteram sebagai tempat menyepi menenangkan pikikiran yang ruwet,Suhu udara di dusun ini berkisar antara 28 hingga 30 ÂșC.Dusun semokan hanya dihuni oleh komunitas adat yang berjumlah 16 Kepala Keluarga. Di perkampungan ini tidak terdapat konstruksi rumah modern sebab masyarakat Dusun Semokan sangat menjaga kelestarian arsitektur tradisional yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Semua warga kampung membangun rumah dengan konstruksi Bale Mengina yang semua perabotnya terbuat dari bahan alami.




Masyarakat Dusun Semokan memiliki kebun adat yang mereka pagari dengan potongan-potongan bambo setinggi 2 meter. Kebun adat itu hanya berukuran 1 are (100 m2). Tanah tersebut hanya ditanami salaq yang dikelola dengan system adat dan apabila salak itu berbuah, maka setiap warga diperbolehkan untuk memetiknya setelah mendapat izin dari Amaq Lokak (tetua adat). Di tengah-tengah perkampungan terdapat sebuah sumur tua yang airnya cukup jernih dan di sebelah sumur itu ditaruh sebuah bong/gentong (tempat air yang terbuat dari bahan tanah liat). Sumur inilah yang dijadikan sebagai sumber air bersih bagi setiap warga kampung.
Di tengah-tengah perkampungan Dusun Semokan terdapat sebuah Masjid Kuno yang bentuknya sangat unik. Masjid Kuno ini disebut dengan Masjid Kuno Semokan. Masjid ini dijadikan sebagai pusat pelaksanaan Tradisi Adat Gama masyarakat Desa Sukadana dan Desa Akar-Akar. Perlu diketahui bahwa Masjid Kuno Semokan merupakan masjid kuno yang keberadaannya lebih awal dari Masjid Kuno Bayan dan di masjid ini juga dilaksanakan ritual Adat Gama seperti Maulid Adat, Lebaran Adat, Gawe Alip, dan Lohoran. Masjid ini dijaga oleh seorang Kiyai Mudim yang ditunjuk oleh warga berdasarkan garis keturunnya. Di depan masjid terhapar halaman yang ditumbuhi oleh rumput (gegaba) yang hijau. Rumput itu terhampar di atas tanah seluas 1,5 are. Hamparan rumput ini memperindah suasan kampung dan di atas rumput inilah anak-anak warga Dusun Semokan menghabiskan waktunya untuk bermain dengan kawan-kawannya.


Satu yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Dusun semokan adalah tidak diperbolehkannya setiap anggota masyarakat setempat untuk mendapatkan pendidikan atau dengan kata lain, setiap warga Dusun Semokan tidak diperbolehkan bersekolah sehingga sampai saat ini belum ada masyarakat setempat yang menikmati pendidikan formal mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Hal inilah yang kemudian menyebabkan tradisi dan sistem kehidupan masyarakat setempat yang sangat tradisional tidak berubah meskipun oleh perkembangan zaman.
Dusun Semokan adalah satu-satunya perkampungan yang sangat unik di wilayah Kecamatan Bayan dan bahkan di wilayah Lombok Utara.

Masyarakat Adat Semokan sungguh luar biasa dalam mempertahankan konsep hidup tradisional danberpegang teguh kepada norma-norma adat dan budaya yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Jika anda ingin melihat masyarakat asli Lombok dengan keunikan konsep hidupnya maka berkunjunglah ke Dusun Semokan Desa Sukadana Kecamatan Bayan. Keunikan bentuk bangunan tradisional, suasana hutan yang rindang, dan gaya hidup tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Dusun Semokan adalah pesona wisata yang sungguh menakjubkan dan semuanya itu tidak akan pernah anda temukan di wilayah pulau Lombok lainnya. Perlu juga diketahui bahwa setiap pengunjung yang hendak memasuki Dusun Semokan diharuskan memakai pakaian adat/tradisional. Jika pengunjung tidak mengikuti ketentuan itu maka kehadiran mereka tidak akan diterima oleh warga setempat.Jika ingin berkomunikasi dengan masyarakat setempat ,maka pengunjung harus membawa seorang guide/pemandu yang menguasai bahasa Bayan Asli sebab tidak satupun masyarakat setempat yang dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.

Rabu, 27 Januari 2016

GUBUK/DUSUN KARANG BAJO LOMBOK

                               
                                  GUBUK /DUSUN ADAT KARANG BAJO LOMBOK



Gubug adat Karang Bajo merupakan salah satu kampung tradisional yang terketak di Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, yang masih menjalankan dan menjaga adat istiadat asli Suku Sasak Bayan. Permukiman di Gubuk ini mengelompok dikarenakan oleh kondisi alamnya yang sedemikian rupa yatu hampir seperti gundukan bukit-bukit,Rumah-rumah diatur berdasarkan sistem kekerabatan.pertalian darah,yang masih kental di dalam masyarakatnya,
Permukiman di Gubuk Adat Karang Bajo, menurut pembagian wilayah berdasarkan stratifikasi sosial kemasyarakatannya. Adanya awig-awig adat yang mengatur pembentukan perumahan yang merupakan ciri khas dari bentuk permukiman sebuah Gubuk/Dusun Adat . Kehidupan komunitas adat,yang berdomisili di Gubug Karang Bajo, cukup ramah dan bersahabat. Rumah rumah adat ,dibatasi dengan pagar bambu dan memiliki nama tersendiri. Rumah-rumah adat ini ditempati oleh para tokoh pranata adat setempat, seperti kiyai, lebe, pemangku, pembekel dan Mak Lokaq (tetua adat) yang berperan sebagai Pengemban adat di dusun ini.


Kata Karang Bajo terdiri dari dua suku kata, yaitu “Karang” yang berarti pekarangan (halaman) dan “Bajo” yang diambil dari nama salah seorang musafir dari Suku Bajo yang datang ke Bayan .Tokoh setempat sejak dahulu telah menganut ajaran agama Islam, untuk mendirikan sholat jum’at di dusun tersebut.pada saat itu jama’ahnya belum cukup satu muqim yakni baru 43 orang.Ketika musyawarah berlangsung untuk mendirikan sholat jum'at di tempat tersebut,maka datanglah seorang musafir dari Suku Bajo, sehingga syarat pendirian sholat jum’atpun genap menjadi 44 orang. Masyarakat yang tinggal di Gubug Karang Bajo dalam sejarahnya ada kaitannya dengan Suku Bajo yang ada di kampung Telaga Bagek Desa Sukadana.


Masing-masing rumah adat yang ditempati oleh para tokoh setempat yang dibatasi dengan pagar bambu (kampu) memiliki nama tersendiri, seperti Karang Selam sebagai tempat tinggalnya Mak Lokak Penyunat atau juru khitan. Dan dalam pendapat komunitas adat, bila seorang anak belum dikhitan maka dia belum termasuk Selam (beragama Islam). Dan jika sudah dikhitan, maka anak tersebut dikenal dengan “selam sunat”.Rumah kampu di Karang Haji ditempati oleh Kiyai Lebe.Adapun tempat tinggalnya Para Pemangku (pemerintahan adat) berada di Karang Dalem,da di Karang Tulis, sebagai tempat tinggal Pembekel adat yang berdampingan dengan Mak Lokak Singgan yaitu Panglima atau Laskar.Mak Lokak Pengauban yang bertugas membawa payung agung pada acara ritual praja mulud adat dan berfungsi memayungi umat, tinggal di Karang Tuban. Dan yang terpisah tempat tinggalnya dari kebanyakan Mak Lokak tersebut adalah Lokak Walin Gumi yang bertugas sebagai pemimpin acara bangaran pada pembukaan lahan baru atau membangun tempat tinggal. Selain fungsi tersebut, Lokak Walin Gumi juga bertugas sebagai wali hakim bila wali si perempuan tidak ada, yang istilah Bayannya keturunan yang putung (putus keturunan).Selain Mak lokak yang tersebut diatas, masih ada lagi Mak Lokak lainnya, seperti Lokak Pandai yang bertugas sebagai penasehat dan pengambil keputusan bila terjadi perselisihan pendapat antar komunitas adat yang dibantu oleh Lokak Walin Gumi.
Di Gubuk adat Karang Bajo adanya pertugas membuat ramuan obat sebagai tabib kampung, peran ini dipegang oleh Mak Lokak Penjelang, yang pada saat ini pekarangan rumahnya masih kosong dan hanya ditandai dengan sebuah batu. Dan masih banyak lagi Mak Lokak lainnya yang fungsinya berbeda-beda, seperti Mak Lokak Gantungan Rombong, Lokak Bual, Lokak Pengauban, lokak Inan Aik dll.



Menurut beberapa tokoh adat, bahwa manusia itu diciptakan Allah swt paling sempurna dan mulia serta diberi kelebihan berupa akal dan fikiran. Karenanya masyarakat adat Wetu Telu melakukan berbagai acara ritual, sebab menurut mereka, apa yang diciptakan Allah SWT, seperti hewan, ternak, tumbuh-tumbuhan, bumi dan langit, semuanya tidak bisa membuat acara sendiri. “Jadi tugas manusialah yang mengacarakannya”, kata beberapa tokoh adat setempat.Satu contoh,untuk upacara tumbuh-tumbuhan, kayu dan sejenisnya digelar acara bubur daun kayu yang prosesi pelaksanaannya di pimpin oleh para kiyai yang tujuannya untuk memohon kepada Yang Kuasa agar apa yang ditanam dapat tumbuh subur sehingga manusia mendapat mamfaatnya. “Kalau ritual ‘bubur petak’ (putih) itu adalah proses kejadian manusia dari yang laki, sedangkan bubur abang (merah) adalah proses kejadian manusia dari yang perempuan. Selain itu ada juga acara selamat desa atau gubug yang sering disebut dengan “pesta Alip” yang diadakan sewindu (8 tahun) sekali diadakan.